Kisah Qonita Kurnia, Gadis 25 Tahun Jadi Doktor di Irlandia Utara

05 Agustus 2022 18:00

GenPI.co Sulsel - Universitas Hasanuddin atau Unhas Makassar banyak mencetak alumni hebat. Salah satunya adalah Qonita Kurnia Anjani yang menjadi doktor di usia 25 tahun.

Qonita merupakan alumni Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin angkatan 2012.

Dia berhasil mengembangkan karier keilmuaannya dan meraih gelar doktor di Queen’s University Belfast, Irlandia Utara.

BACA JUGA:  Keren, Unhas Makassar Terlibat Proyek Strategis Indonesia-Amerika

Dirinya menuturkan bahwa tertarik dengan pengembangan obat-obatan sejak semester satu di Unhas.

Sejak saat itu, Qanita aktif mengikuti berbagai perlombaan seputar penelitian di bidang farmasi.

BACA JUGA:  Rektor Unhas Sebut Pemilu 2024 Masih Perlu Kajian dan Evaluasi

Ketertarikannya pun dituangkan dalam skripsi yang membahas tentang gel.

Ternyata penelitian serupa telah dikembangkan di luar negeri, namun lebih praktis yang dikenal dengan microneedle.

BACA JUGA:  Wakil Rektor Unhas Makassar Harumkan Indonesia di Amerika Serikat

”Bentuknya seperti patch yang dilengkapi jarum-jarum mikro. Dapat menghantarkan obat tanpa darah dan rasa sakit,” tuturnya seperti dikutip situs Unhas, Jumat (5/8).

Qonita bercerita bahwa dirinya terdaftar memperoleh beasiswa sebagai mahasiswa S2 di Queen’s University Belfast dengan masa studi dua tahun.

Tahu potensi yang dimiliki Qonita, dosen pembimbing di Queen’s University Belfast pun mendorong untuk melanjutkan penelitian S3.

”Pertimbangannya, penelitian yang saya lakukan memenuhi standar untuk program PhD,” jelasnya.

Dirinya sempat menolak karena terbentur limit waktu studi dua tahun, sedang untuk Phd dibutuhkan minimal tiga tahun.

”Saya cukup dilematis karena merasa tidak mampu, termasuk untuk bertahan hidup di luar negeri dengan tambahan satu tahun tanpa bantuan beasiswa,” ucapnya.

Usai melewati beragam pertimbangan, Qonita memutuskan melanjutkan pendidikan doctor dengan sisa waktu yang ada.

Dalam studi penelitian yang diambil berjudul ’Development of Antibiotic Microneedle Delivery Systems for Tuberculosis Treatment’

”Penelitian yang saya ambil berfokus pada pengembangan teknologi microneedle patch untuk obat-obatan tuberculosis,” paparnya.

Pada saat itu, Qonita mencurahkan segala kemampuan dan tenaga untuk mengejar tenggat waktu yang tersedia hingga akhirnya mampu selesai dalam waktu yang ada.

”Alhamdulillah, saya dapat selesai dalam waktu dua tahun tiga bulan,” pungkas dia. (*)

Redaktur: Hanif Adi Prasetyo

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co SULSEL