GenPI.co Sulsel - Maba atau mahasiswa baru Unhas Makassar M Nabil Arif yang diusir karena berjenis kelamin netral disebut tidak memahami maksud ucapannya sendiri.
Hal itu disampaikan Direktur The Center for Gender Studies dan Peneliti di Insists Jakarta dr Dinar Dewi Kania.
Dia menilai bahwa mahasiswa itu hanya termakan doktrin atas klaim gender netral dan mencari dukungan Lesbi, Gay, Biseksual, Transgender (LGBT).
Bahkan, Dinar memberikan penilaian yang mengerikan untuk disampaikan kepada publik.
Di mana, Nabil disebut sedang membawa salah satu misi dari LGBT.
”Dia berbicara soal identitas gender yang fluid, pendapat ini sebenarnya antisains dan lebih kepada doktrin,” sebutnya.
Jelas dia, persoalan tersebut memiliki hubungan dengan pengaruh filsafat postmodern di barat yang diartikulasikan menjadi aktivisme.
”Di mana mereka berpendapat tidak ada kebenaran yang absolut,” jelasnya.
Lanjut dia, postmodern yang berubah menjadi gerakan, kemudian mempengaruhi pop culture.
Akhirnya, fokus mereka akhirnya mengerucut terkait isu seksualitas dan gender yang di dalamnya adalah normalisasi LGBT.
”Pemikiran semacam ini akhirnya dikonsumsi tanpa kritis, oleh generasi muda melalui media sosial (medsos) ataupun media lainnya,” tambahnya.
Bahkan, jawaban mahasiswa tersebut bukan biasa dan saat itu langsung menggalang dukungan di media sosial.
”Respons setelah ditegur, dia justru mengunggah kata-kata kasar di medsos dan mencari dukungan, alih-alih melakukan intropeksi diri,” tegasnya.
Diketahui, dosen dan mahasiswa yang terlibat perselisihan sudah bertemu dan sepakat menuntaskan masalah yang sempat viral di medsos. (mcr29/jpnn)